Di sini boleh ngawur, ketawa, misuh, teriak dan sebagainya karena blog ini hanya TA-KAN-TAH. Takantah berarti tidak sungguhan, bisa fiktif belaka, namun blog ini nyata.

Tuesday, February 25, 2014

Kaya Hati Pasti Punya WC

Bersama adiknya, dia sedang membuat jurang di belakang rumahnya ketika aku datang bertandang. Senyumnya mengembang menyambutku seperti biasa di setiap perjumpaan kami. Senyum itu yang sering aku rindunkan darinya. Senyum yang hanya dimiliki oleh sahabat karibku.

Aku membantunya menggali semampuku. Ternyata tak semudah yang kulihat, sulitnya terasa sampai ubun-ubun, sebab testur tanahnya keras dan banyak hamparan bebatuan. Kami harus menyingkirkan batu-batu itu menggunakan peralatan sederhana, linggis, tumbuk, cangkul dan penacal. Jika dikerjakan ahlinya, sehari sudah mencapai kedalaman 2 – 3 meter. Ini karena dikerjakan oleh kami --yang tidak biasa melakukan pekerjaan menggali-- sehari hanya sedalam 1 meter.  

Di sela pekerjaan, aku tanyakan kenapa tidak menggali di tempat yang lain. Dia pun menjelaskan bahwa sudah mempertimbangkannya dengan matang, dan hanya di sana tempat yang cocok. Setelah itu, aku tidak bertanya lagi meski aku penasaran untuk apa jurang itu. Kami kembali ke pekerjaan kami, menggali dan menggali selama empat hari sampai akhirnya hasil galian kami menyerupai sumur sedalam 5 meter dengan lebar 2 meter.

Selanjutnya, dia menceritakan mimpinya padaku. Dia memiliki mimpi yang besar, yaitu membangun sebuah WC di rumahnya. Aku terkejut saja demi mendengar semua itu. Bagaimana mungkin orang seperti dia masih sempat-sempatnya ingin membangun WC, padahal dia tak sekaya para tetangganya yang tidak memiliki WC. Lebih terkejut lagi, uang yang telah dia rencanakan untuk membeli motor baru malah dialokasikan untuk proyek-nya. Seharusnya dia tetap membeli motor baru agar dia memiliki motor seperti para tetangganya. Bayangkan saja, para tetangganya memiliki rumah yang lebih wah dari rumahnya, memiliki kendaraan pribadi, uang yang lebih banyak tentunya dari sahabatku itu, tapi mereka tidak sibuk membuat WC. Mereka berpikir, WC itu tidak lebih penting dari memiliki motor baru atau perhiasan. Karenalah, kebanyakan anak-anak mereka diberangkatkan ke kota-kota besar bahkan ke luar negeri untuk bisa membeli kendaraan pribadi, memiliki perhiasan dan memperindah rumahnya, bukan untuk memiliki WC.

Aku teringat pada diriku sendiri. Di rumahku tersedia dua WC, di dalam rumah dan di samping rumah, juga bangunan WC yang lebih besar ada lumayan jauh di depan rumah. WC di dalam rumah, untuk kalangan pribadi, yang di samping rumah untuk tamu yang berkunjung, dan jauh di depan rumahku adalah untuk umum. WC yang untuk umum itu adalah sumbangan dari pemerintah Sumenep.

Pada tahun 2012, aku menjabat sebagai ketua POKMAS Putra Segoro kampung Sasar. Pada masa jabatanku, Putra Segoro dipercaya untuk mengelola uang dana hibah dari pemerintah untuk program pembangunan infrastruktur pedesaan dan percepatan Infrastruktur peningkatan ekonomi kerakyatan. Uang sebesar Rp. 10.000.000,- berdasarkan kesepakan kami anggarkan untuk membangun MCK dengan luas 8x4 meter dan tinggi 5 meter berlokasi di Madarasah Miftahul Ulum. Lembaga pendidikan yang dari segi pembangunan masih memprihatinkan.

Pembangunan MCK tersebut, dikerjakan oleh 8 orang, termasuk aku dan sahabatku. Itu adalah pertama kalinya aku menggali jurang, mengangkut batu, bergelut dengan semen dan tanah liat, mengecor, merangkai kawat cor dan memikirkan cara bagaimana agar para pekerja tetap semangat bekerja. Di samping itu, aku masih disibukkan dengan berkas yang harus dilengkapi dan disetor ke dinas PU CIPTA KARYA. Meski lelah, aku menyenangi pekerjaan itu karena di sana ada kebersamaan dan kekompakan. Ada tawa, keringat dan canda. Karena MCK itu pula, aku bisa akrab dengan warga kampung Sasar yang lama aku tinggal merantau.

Sampai saat ini, gara-gara pernah berkutat dengan pembangunan MCK, aku sering menaruh perhatian lebih pada WC. Aku tidak lagi jijik pada WC. Jika mampet dan saluran pembuangan tidak lancar, segera aku memperbaikinya sekalipun harus masuk ke lubang yang aduhai…. keren abis. Hehehe :D Tidak perlu aku menunggu orang lain untuk membersihkan WC setiap minggu, aku sudah siap sedia menjaga kebersihannya. Setiap minggu aku sempatkan untuk membersihkan WC termasuk kosen yang lebih sering harus aku kerok pake benda keras semisal pecahan kramik karena kotoran yang berkarang indah di cekungan kosen. Tentulah dibantu dengan cairan pembersih yang ku beli di toko. Cairan pembersih lantai dan kosen itu, aku beli dengan uangku sendiri, sebab tidak ada orang yang mau membelikannya. Bahkan meski WC umum itu banyak yang memanfaatkannya.

Dengan membersihkan WC atau toilet, aku merasa lepas dari semua beban. Pikiranku terseret untuk fokus pada kosen, lantai dan pintu bagaimana supaya tetap bersih. Jika aku sedang dirundung masalah, sedang marah, sedih, aku memilih membersihkan kamar mandi dan WC. Aku teringat sebuah cerita tentang seorang istri yang tidak pernah marah pada suaminya padahal suaminya sering memarahi istrinya itu. Terdorong oleh rasa penasaran, si suami kemudian menanyakan kenapa istrinya bisa begitu. Si istri dengan senyum khas menjawab, jika dia marah, dia akan lari ke toilet lalu membersihkannya. Si suami masih penasaran kenapa hanya dengan membersihkan toilet, istrinya bisa melupakan kemarahannya, lalu kemudian si istri menjelaskan bahwa setiap membersihkan kosen, dia menggunakan sikat gigi yang sering digunakan suaminya itu. :D

Berbeda dengan yang aku rasakan, sahabatku punya alasan yang lebih masuk akal. Dia berpikir untuk membuat WC karena dia punya ibu yang sudah tua, saudara perempuan dan ponakan perempuan yang sudah remaja. Dia tidak ingin perempuan di rumahnya itu kerepotan untuk menuntaskan hajatnya membuang bekas makanan yang mengendap di perut mereka. Tidak seperti para tetangganya yang memilih menuntaskan hajat di persawahan, kali dan pegunungan. Hehehe.

Sempat lama melamun karena terkagum sama keputusan sahabatku, aku pun sadar bahwa dia adalah orang yang sesungguhnya kaya. Dia lebih kaya dari tetangganya yang memiliki kendaraan pribadi, dari tetangganya yang memiliki rumah lebih wah atau yang memiliki perhiasan sekarung tapi tidak memiliki WC. Lebih tepatnya, dia memiliki kekayaan hati dan pikiran sehat dari pada tetangganya.


Sasar, 11 Februari 2014.
>>=== Semoga Anda berkenan ===>>

0 comments:

Post a Comment

Terimakasih telah meninggalkan jejak

Muktir Rahman

Muktir Rahman
Muktir adalah nama langka, tidak banyak yang memilikinya, di Negeri ini. Sulit diucapkan, sulit dihafal tapi tidak sulit dikenang.
TA KAN TAH. Powered by Blogger.

My Blog List

Labels