Di sini boleh ngawur, ketawa, misuh, teriak dan sebagainya karena blog ini hanya TA-KAN-TAH. Takantah berarti tidak sungguhan, bisa fiktif belaka, namun blog ini nyata.
  • Maaf dan Terimakasih

    Kata "Maaf" dan "Terimakasih" bukan ungkapan basa-basi. Ia adalah kualitas kemanusiaanmu

  • Gak Usah Ember

    Ada banyak hal yang tidak perlu diumbar ke orang lain, biar kemesraan hanya milik kita. Sekalipun itu telah jadi kenangan.

  • Dua Tangan

    Jika ocehanmu tak bermutu, ngocehlah sama tanganku.

  • Terpisah Rak Buku

    Maka apa yang lebih mesra dari sepasang kekasih yang terpisah rak buku?.

Tuesday, May 19, 2009

Ayah, Ibu, di setiap detikku


Ibu dan Ayah. adalah dua orang yang sangat berjasa dalam hidup. memberi tanpa meminta apalagi minta dengan paksa. itulah orang tuaQ. entah denga yang lainnya. ada yang berkisah, kalo orang tuanya telah gini dan begitu. bagiQ setiap cerita, kisah atau kenagan bersama beliau berdua adalah kebahagiaan dan keindahan tak tertandingi. walaupun kata temenQ orang tuanya jahat, kurang memperhatikannya, setelah Ibunya meninggal dia malah bersedih berkepanjangan.

kasih sayang ibu, tidaklah lebih kecil dari kejahatan yang kita rasa. dan bahkan, itu hanyalah perasaan kita saja bahwa beliau itu jahat. hanya karena keinginan tidak di penuhi, ato hanya karena disuruh ini dan itu, lantas kita memvonis ortu kita jahat? kesalahan besar jika demikian. mereka melakukannya dengan rasa sayang karena mungkin mereka sudah tau apa konsekwensi bagi kita jika menyetujui keinginan kita.
perlu diingat, ortu qta pernah ABG. jadi, wajar jika mereka merasa tau apa yang akan terjadi apabila kita melakukan sesuatu.

Ayah, Ibu…. kerinduanQ pada kalian ingin Q tuang di blog ini. berapa bulan Q tidak melihat kalian tidak lah penting karena ternyata di setiap detikku adalah rindu untuk kalian. Ayah, Ibu, adakah kerinduan ini juga dirasa oleh kalian?

hidup memang tidak lama dan tidak terlalu cepat. maka, kalian berpesan di suatu hari “jadilah yang berarti untuk dunia dan semua, karena itu jelajahi dunia ini terlebih dulu untuk memahami apa yang diinginkan manusia”. bagaimana aku akan menjelajahi dunia jika rindu terus merundungku pada kalian? pertanyaanQ pada seseorang di tempat yang sudah Q lupa. Ayah, Ibu, kalian tau gak apa jawab orang itu? dia bilang dunia bisa dijelajahi dengan menjadi penulis. dengan tulisan, kita bisa jadi apa dan ada di mana saja. sejak saat itu, aku bercita-cita jadi penulis. karena akhirnya aku pun meyakini, bahwa kalian menginginkan aku menjadi penulis. walaupun keinginan itu tidak disampaikan dengan terang-terangan. IBu, Ayah… do’akan selalu anakmu ini menjadi penulis agar bisa menjelajahi dunia lalu menjadi berguna untuk semua. amien

>>=== Semoga Anda berkenan ===>>

KEPADA SALAHUDDIEN Gz


tidak untuk redup dengan kata-kata,
maka aku berkunjung pada lembah sajak yang memerkosa mata dengan mutiara sastra.

aku adalah si penggila kata namun tidak bisa mengawininya
seperti engkau yang telah barhasil menundukkannya
dan izinkan aku menari bersamamu dengan keindahan yang kau kuasai

ajari aku menyelami serumpun makna
dari hakikat sebuah kata

demi kehidupanku selanjutanya

sBY, 19 Mei 2009
>>=== Semoga Anda berkenan ===>>

Friday, May 15, 2009

PERSIDANGAN SORE SEBUAH KELUARGA


Oleh: Muktir Rahman Syaf

Masih seperti hari-hari sebelumnya. Di emperan rumah sederhana di desa Kapedi, kecamatan Bluto terdapat satu keluarga yang setiap sore berkumpul membicarakan tentang apa saja. Karena tema yang mereka perbincangkan sering ngelantur. Kadang tentang pertanian, hasil panen, pendidikan pokoknya macam-macam. Namun yang tidak luput mereka bicarakan adalah tunangan. Keluarga kecil itu terdiri dari lima laki-laki dan tiga perempuan. Yang pertama ayah, ibu, kakak tertua (dia laki-laki biasanya saudara yang lain memanggilnya kak Ali), terus mbak Indah, kak Sugik, mbak Lely, Aku dan adikku---dik Udin. Sedang yang lainnya, seperti kakak ipar,jarang bergabung. Katanya sungkan. Biasanya yang kena skak pertama kali adalah kak Sugik.

Bagai mana tidak, umurnya sudah menuntut untuk berkeluarga tapi belum kawin-kawin juga. Boro-boro berkeluarga, pacar saja tidak punya. Padahal kak Ali menikah pada umur lebih muda dari umur kak Sugik sekarang. Begitu juga mbak Indah. Kalau yang lainnya, jangan ditanya. Mana mungkin seorang adik mendahului kakaknya dalam hal berkeluarga. Sedangkan di daerah kami hal itu akan membawa pada kenaasan. Dan lagi, Mbak Lely masih kuliah, Aku dan adik masih sekolah. Kami sama-sama kelas tiga. Bedanya Aku SMA adikku SMP.

“Ngomong-ngomong Saedah teman Lely yang sering ke sini itu, apa sudah punya tunangan Sugik?” Ummi memulai pembicaraan dengan pertanyaan yang sudah jelas itujukan pada kak Sugik.

“Nanyanya kok pada saya, emangnya teman siapa?” Kak Sugik mulai menampakkan ekspresi sinis. Biasa, kalau sudah kena tembak kak Sugik akan menyatukan alisnya tanda tidak suka di sindir dengan Saedah. Padahal Saedah orangnya lumayan cantik. Di atas rata-rata. Tapi kak Sugik tidak senang karena orangnya agak culun githu.

“Biasanya ya, cinta diawali dengan kebenciaan?” Kak Ali meyambung.

“Pada prinsipnya cinta yang demikian, jika orang yang jadi obyek itu NORMAL” dengan gaya yang merupakan ciri hasnya, kak Sugik berapologi melontarkan pendapatnya dengan lebih menekankan pada kata normal. Dan kami hanya mengguSugiksnya dengan tawa.

“Bagaimana kalau dengan Izah?” Ummi mulai dengan pertanyaan agak serius

“Jangan, nanti malah jadi saingan Uqi” Mulai deh. Jika seperti ini aku harus mencari kata-kata penyelamat dari serangan mbak Lely. Aku berfikir, dan, ya aku bisa membuat temeng pertahanan

“Mana mungkin seorang adik mendahului kakaknya. Jadi, dengan penuh keikhlasan aku merelakannya”

“Tidak bisa Uqi, sejahat apapun seorang kakak, aku tidak akan mengambil cinta adikku” Wah gawat nih. Aku kena skak maks. Sejujurnya, Izah memang cantik dan aku pernah menaruh hIndah padanya. Tapi ketika aku mengungkapkan cinta padanya, dia menolakku. Alasannya sih karena aku lebih muda darinya. Memang benar dari segi umur dan perawakan lebih tua Izah. Namun jika dilihat dari sudut pandang kedewasaan, keintelektualan dan pengalaman, aku tidak yakin dia lebih dariku. Anehnya kata temanku di sekolah dia pernah curhat bahwa dia menaksirku. Ya mau bagaimana lagi, dia menolakku dan sekarang aku sudah melupakannya-total.

Kini aku kesulitan mencari kata-kata untuk bisa melindungiku dari serangan lawan-lawanku. Aku harus bagaimana?

“Ya suda…h kalau kalian berdua sama-sama tidak suka kita tawarkan saja pada Udin” Plong! Kata-kata mbak Indah telah menyelamatkanku dari keterperanjakan di tengah serangan memIndahkan-bagiku.

“Kenapasih dari tadi cuma laki-laki saja yang ditawarkan, tuh mbak Lely dari tadi kelihatan gelisah” sukur deh dik Udin bisa membalas serangan mbak Lely. Biar dia tahu rasa.

“Untuk Lely, harus nunggu sampai botol dimakan rayap dulu kecuali ada yang melamar” pada umumnya seorang gadis hanya bisa menunggu. Karena jika seorang gadis meminta lebih dulu, itu namanya menyalahi mikanisme yang telah diatur oleh adat bebuyut kami. Menurutku sih itu hanya mitos. Jika kita pikir secara rasional semua itu tidak logis. Prinsipnya sih menurutku tidak lain hanya karena perempuan lebih besar malunya (bukan kemaluannya) ketimbang keinginannya. Dan faktor inilah yang menyebabkan mayoritas perempuan enggan untuk menyatakan maksud akan berkeluarga lebih dulu dari pada laki-laki. Jadinya mereka hanya menunggu.

“Abah dan Ummi ini bagai mana sih. Carikan saja. Kan Ummi banyak kenalan yang punya lanceng? ” Aku ikutan menyerang mbak Lely dan kelihatannya wajahnya mulai memerah
“Gak mau….. aku mo cari sendiri….” Mbak Lely bereksperesi seperti anak kecil yang mau disuntik tapi menolak karena takut.

“Atau mungkin Lely sudah punya? Sapa tuh yang sering lewat depan rumah kita ketika ngantar adiknya sekolah?” Abah pun ikut memojokkan mbak Lely. Semakin mindar saja dia

“O… Saliem. Yang kepalanya ada landasan hilekopternya itu kan?” Kami memang menjuluki Saliem yang sering lewat di depan rumah yang selalu mengembangkan senyum termanisnya (habis, di mulutnya selalu ada semutnya sih) ketika melihat kami, dengan gelar landasan hilekopter. Itu dikarenakan kepalanya yang botak alias licin kayak lapangan.

“Ya..ya.. benar. Pasti Lely menyukainya”

“Wieh… enak aja. Jejek tau. Najis deh Eike”

Haha…haha… kami semua tertawa. Habis mbak Lely lucu banget. Udah giginya ompong (habis dimakan ulat) masih berlagak bencong. Lucu deh. Lucuuuu banget. Jejek tau. Ha…haha…hahaha.

Sebenarnya aku sangat perihIndahn sekali pada mbak Lely. Di desa kami, mbak Lely bisa dikatakan misunivess. Orangnya pintar, cantik dan pendidikan terjamin. Namun disinilah maslahnya. Orang seperti mbak Lely itu sulit menemukan jodoh. Pasalnya kalau udah kayak mbakku yang satu ini, laki-laki takut untuk meminangnya. Alasannya mereka merasa tidak selevel dengan gadis seperti mbak Lely. Karena mayoritas laki-laki di desa kami jelek-jelek (tidak termasuk aku) dan tidak berpendidikan. Abis, disuruh sekolah malah cari kerja.

“Uqi, Izah itu masih kerabat dekat lho. Bagaimana kalo Ummi lamarkan untukmu?” Ummi kali ini sangat serius kelihatnnya. Lalu bagaimana aku menjawabnya, aku takut menyakiti perasaan Ummi.

“Ummi, Uqi memang menyukainya. Tapi itu dulu, dan sekarang tidak. Lagi pula aku masih ingin melanjutkan sekolah”

“Tapi bisakan sambil sekolah?!” Wah gawat! Ummi semakin mengejarku dan ini pertanda aku harus menahannya.

“Tetap tidak bisa Ummi, Uqi sudah tidak mencintainya”

“Kenapa sih tidak ada yang mau dijodohkan?“ Waduh, permasalahan semakin rumit saja. Ummi kelihatannya marah. Duh bagaimana ini?

“Ummi, bukannya kami tidak mau dijodohkan, hanya saja belum waktunya. Saya walaupun sudah berumur 25 tahun masih berkeinginan melanjutkan kuliyah S2. Sedangkan dek Lely, Uqi dan Udin belum cukup umur” akhirnya kak Sugik menjawab sekaligus memberi (mungkin) pengertian kepada Ummi bahwa kami memang belum siap untuk menikah.

“Ia Ummi mengerti, yang Ummi inginkan hanya melihat pernikahan anak-anaknya.”

Gelap semakin mendekat. Semua lantunan qiro’ah di Majsid-Masjid dan Mushalla mulai luntur diganti alunan suara merdu para muadzin yang dengan ikhlas mengumangdangkan adzan magrib memanggil para muslim untuk menunaikan shalat magrib. Yang berarti pula setiap langkah yang berbau duniawi harus disudahi dulu. Dan masing-masing dari kami mulai meninggalkan tempat sidang rutin kecuali saya dan Ummi.

“Sudahlah Ummi, Uqi mengerti kok kenapa Ummi memaksa. Bukankah masih banyak yang lain, mungkin dia bukan jodoh Uqi.”

“Bukan itu yang Ummi pikirkan…” Apa, malunyaaaa aku. Mindar deh mukaku.
“Ummi hanya ngerasa kalau kalian tidak cepat berkeluarga, kalian akan meninggalkan Ummi. Seperti kak Ali-mu dulu. Dia begitu asiknya menjadi aktivis sampai jarang di rumah dan sekarang kamu dan Sugik mulai mendekIndah hal itu” Ummi mulai menitikkan airmata atau mungkin bukan mulai, tapi sudah dari tadi hanya saja saya baru menyadarinya.

“Tidak Ummi, kami akan selalu di sisi Ummi sampai kapanpun bahkan di setiap desahan nafas Ummi” aku menggenggam tangan Ummi seraya menelungkupkan wajah di pangkuannya. Kuraskan senyum Ummi terlukis di wajah syahdunya. Dan saya pun ikutan mengukir senyum walu tidak semanis senyum Ummi.

Guluk-guluk, 05 November 2007
>>=== Semoga Anda berkenan ===>>

Friday, May 8, 2009

SAHABAT YANG TIDAK BISA KU LUPA



Selamat malam kata
Bisakah kita bicara tampa suara?
Aku merindukanmu

“apa yang akan kamu bicarakan dengan aku?”

Banyak
Hidupku tak melaju,
Pikiranku buntu,
Sekolahku ampun…
Semua kisah dalam perjalanku akan ku tuang di hadapanmu
sekarang

“tapi aku tak berbaju
Malam terlalu dingin,
Siang mengurungku dalam kamar di otakmu kawan”

Trus…

“aku malu pada alam yang mulai bising
Karena aku lama tidak keluar. Jika mereka melihatku,
Akan mencemohku dengan lantunan
Aku benci
‘lihat, kata mulai menampakkan diri
Mungkin dia sudah bosan melacur dalam pikiran
Sehingga sekarang keluar untuk mencari perhatian’
Begitulah nanti mereka menertawakanku”

Tapi aku tidak menertawakanmu?
Mungkin hanya sekedar senyum bangga
Karena ternyata kamu selalu setia pada aku yang lama gila
Yah, aku tergila-gila pada kata
Kata, kata, kata…..

Surabaya, 05, 05 2009

>>=== Semoga Anda berkenan ===>>

DENGAN TINTA MERAH


Ini hanya sebuah cerita dari inspirasi yang hampir punah. imaginasi, membawaku bercerita tentang sesuatu yang sangat bertentangan dalam hidupku. ceritaku ini adlah kisah keegoisan imaginasi yang terus memuncak dalam pikiranku

04 Mei 2009

Aku adalah mahasiswa jurusan teknisi komputer di suatu universitas di surabaya. Di sini aku pendatang. Asli madura. Anak dari keluarga petani.
Sekarang aku bingung. Hampir stress. Hidup di kota tanpa punya penghasilan. Makan, bayar kosan dan kebutuhan yang lain masih bergantung kepada keluarga. Karena tujuanku ke surabaya bukan cari uang tapi belajar. Dan hal itu sudah dibicarakan dengan keluarga. Bahwa aku harus konsent ke pelajaran jangan memikirkan yang lain.
Bulan-bulan pertama masuk, kegiatanku lancar. Tetapi bulan-bulan berikutnya ada gangguan. Dan hal itu memuncak di gerbang bulan Mei. Awalnya dua bulan sebelumnya aku hampir dikeluarkan dari kosan karena telat bayar. Innalillah dengan mengorbankan HP, aku selamat. Ibu kost menerimaku kembali. Kiriman dari orang rumah tak kunjung datang. Karena itu aku korbankan benda yang sangat aku butuhkan. Setelah itu, pikiranku mulai kacau. Bayaran kampus belum lunas, mau menghadapi ujian, tidak punya uang untuk sekedar makan dan kuliyahku pun mulai tak karuan.
Seminggu yang telah tanggal aku telepon orang rumah. Cuma ngasih kabar bahwa aku tidak kerja. Aku tidak punya uang. Aku minta keikhlasan uang seratus ribu untuk bayar kosan bulan April. Karena tampa uang itu aku gulung tikar dari kosan. Dan aku kabarkan pula dua bulan tanpa uang untuk sekedar makan. Jawabnya, aku segera akan dikirimi. Namun sampai sekarang aku menunggu hampa di gelisah tak bernyawa.
Tadi pagi, saat matahari belum terang aku telpon kembali. Bukan untuk minta uang. Hanya untuk kabarkan pikiranku lagi nanar. Perasaanku sebendung awan akan melahirkan hujan. Tiba-tiba kata ayah, nanti sore aku dikirimi uang. Namun aku bilang tidak usah. Walau sebenarnya aku sangat membutuhkan uang itu. Bukan karena apa. Karena aku kesal, kecewa dan marah entah pada siapa. Pada mereka yang kurang perhatikan aku, atau pada diriku yang telah memilih melanjutkan kuliyah di kota ini? Sehingga aku harus menghadapi semua kisah duri ini.
Entah siapa yang goblok atau tidak berperasaan. Aku atau mereka? Karena ternyata aku sungguh tidak dikirim. Padahal aku mencari pernyataan. Sebesar apa perhatian mereka kepadaku. Akhir-akhir ini pun aku menyangka, aku hanya pelengkap keluarga. Aku sebenarnya tidak dibutuhkan. Ya, karena terlanjur lahir, mungkin terpaksa dipelihara.
Aku sebenarnya hanya butuh perhatian mereka. Bukan letak permasalahannya dikirim uang atau tidak. Tapi perhatian. Jika mereka perhatian, setidaknya setiap bulan kabarin aku. Jika tidak punya sesuatu untukku seharusnya mereka bilang tidak ada yang bisa dikirimkan. Inikan lebih bisa diterima perasaan. Nyatanya, jika aku tidak menanyakan tidak akan ada kabar. Mereka akan mendiamkan aku. Setengah bulan,satu bulan bahkan mungkin seumur hidup. Selalu ada alasan bagi mereka. Terlalu sibuk, banyak yang harus dipikirkan, dan semacamnya. Lalu, apa aku tidak termasuk yang harus dipikirkan?
Aku hanya menginginkan keluargaku menanyakan keadaanku. Apa aku bisa tenang belajar atau tidak. Kalau tidak kenapa? Wah, mungkin ini hanya mimpi tak berkesudahan. Karena tidak akan terjadi. Mereka terlalu sibuk atau karena aku kekanak-kanakan? Pasti mereka akan bilang “Kamu laki-laki bersikaplah dewasa”.
Biar kata siapapun aku kekanak-kanakan, laki-laki cengeng aku tetap akan seperti itu. Hingga apa yang kuharapkan aku dapatkan.Apalagi bersikap cengeng, gila sekalipun tak apa. Dari dulu perhatian yang selalu kuharapkan. Belum yang lain.

05 Mei 2009

Tidak tahu apa yang harus kulakukan. Telentang di kamar memandangi langit-langit yang seakan menangiskan hujan. Yang atapnya reyot tak terawat. Ya, pantaslah sesuai harganya. Kosan paling murah di Surabaya. Tanpa kasur, tempat lumayan apek, dinding tampa baju dan terlalu banyak ventilasi. Mau gimana lagi inilah kemampuan keluargaku atau kemampuanku.
Pikiranku makin redup. Kudapati pena tergeletak sedih di di sampingku. Dengan perasaan nanar, kuraih pena itu lalu kuambil juga selembar kertas di lemari. Pikiran semakin kacau. Semua terbayang dalam angan. Tampa harus berpikir panjang, kucorat-coret kertas fulio putih di tanganku. Secepat waktu beranjak, kutuang segala perasaan. Bening mata bergulir menorehkan merah pada kelopaknya. Jerit hati, serabut pikiran dan semua dalam diriku menancap tinta di lembar putih. Meraungkan perih tak mampu dirasa.
Sebelum kumasukkan ke amplop untuk ku kirimkan kepada keluarga, kupandangi kembali tulisan dengan font besar itu “AKU SUDAH TIDAK PUNYA TUJUAN”. Setelah kupertebal dengan tinta merah, kumasukkan ke amplop lalu kukirimkan ke orang tuaku. Namun batinku masih mempertanyakan bisakah mereka memahami perasaan yang lebur dalam surat itu? Sudahlah dimengerti ataupun tidak, surat ini tetap akan berangkat. Mungkin ini pesan terakhir untuk kusapakan kepada mereka. Dan selanjutnya aku akan mengembara bersama waktu ke semua tempat persinggahan debu, air dan angin. Tampa perasaan harus kembali ke rumah keluargaku.

Surabaya, 05 Mei 2009
>>=== Semoga Anda berkenan ===>>

Saturday, May 2, 2009

GILEH....




PADA AKHIRNYA

Huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiaaaaaaaaaaaaaaaa
Akh

Laki-laki digantung keinginan gila
Perempuan menekuk lutut masadepannya
Di bawah injakan yang jantan
Dunia dipaksa berputar lebih cepat dari sebelumnya
Demi harapan kosong tak berguna

Airmata tak lagi mengalir
Muara hidup bukan lagi akhir umur
Semua menjadi satu dalam lengking
Jerit tawa yang menyakitkan

ini bukan kebahgian kawan
Surabaya, MAgistra 02 Mei 2009

>>=== Semoga Anda berkenan ===>>

SIAPA YANG SALAH?




Katanya mendidik anak itu tidak harus dengan yang lembut-lembut. tanyakan saja pada orang tua kita. Sekali anaknya melakukan yang bertentangan, tangan mendarat di badan. Sakit meamng untuk seumuran anak sd ato mahasiswa sekalipun. Tapi ini demi mendidik anak. Agar anak tidak menjadi mursal.

Kalian tau apa itu mursal? Itu istilah yang berasal dari bahasa arab. Artinya adalah tidak bisa diatur. Kurang lebih seprti itu pengertiaannya.

Kembali lagi ke pembahasan awal, anak yang biasa terdidik dengan lemah dan lembut akan membuatnya manja dan tidak bisa mandiri. Beda sekali dengan anak yang cara mendidiknya seperti di kemiliteran. Dia akan disiplin, bertanggung jawab dan yang paling penting tidak manja sekaligus mengerikan. Kalo yang terakhir itu sih, tambahan dari temen-temenku. Tapi intinya di sini, anak itu harus di-didik dengan keras ato istilah halusnya, tegas agar bisa menjadi anak yang dibanggakan. Entah, sampai sekarang aku kurang mengerti apa yang dimaksud bisa dibanggakan. Mungkin orang tua akan sangat bangga pada kita jika kita tegas, angker dan menakutkan. Terlebih bagi anak laki-laki.

Ada perbedaan dikit dengan perempuan. Perempuan walo di-didik dengan “tegas”, perangainya harus tetap lembut dan lemah. Karena profesi anak perempuan berakhir di ranjang, kasur dan dapur. Di-didik denga tegas, biar meraka tidak lembek walo harus lembut. Aku jadi teringat ketika berkumpul dengan teman-teman di pinggir rel. pada saat itu kami bincang-bincang mengenai nasip anak laki dan perempuan setelah menikah. Kata temen ku, perempuan harus dikasari agar nanti terbiasa untuk dikasari suami. Kalo laki-laki, dikasari biar nanti bisa mendidik anak-anaknya dengan kasar pula dan seterusnya sampai laki dan perempuan berakhir. Kami hanya sekedar bercanda qok. Tapi, jika melihat cara mendidiknya para oang tua yang mayoritas kasar, itu bisa dibenarkan. Memang bener tidak semua orang tua demikan, cuman kebanyakan.

Oya, ada yang sangat mengerikan dalam berkomikasi dengan anak. Jika anak itu di sakiti perasaannya, dia akan berusaha balaz dendam. Apalagi yang bukan orang tuannya, bisa-bisa sampai akhir hayatnya dia akan mendendam pada orang itu. Bahkan seperti yang aku alami, karena masih terlalu kecil cara apapun akan dilakukan untuk melakukan perlawanan sebisanya. Termasuk menentang apa yang diinginkan orang tersebut bahkan walo harus melanggar larangan Tuhan. Ini sangat mengerikan bagi abdi agama. Dia harus berhati-hati jangan sampe menyakiti perasaan anak kecil. Karena bisa jadi, ketika dia menyuruh anak kecil yang disakitinya untuk solat, dia malah menentangnya. Tapi, ini masalahnya. Kita tidak tahu isi hati orang lain. Apa yang diinginkan kita tidak tau. Jadi akan sangat rawan terjadi; menyakiti perasaan ato hati orang lain baik sengaja ato tidak. Karena mungkin orang lain menginginkan kita tidak mengucapkan ini, tapi kita malah mengucapkannya sebab memang kita tidak tahu apa yang diinginkannya. Karena memang orang lain itu tidak pernah mengungkapkan isi hatinya pada kita. Akhirnya apa yang perlu dilakukan? Aku juga tidak tahu. Sebab aku pasti sudah banyak menyakiti perasaan orang lain dengan perkataan, perbuatan ato yang lainnya. Tapi yang kutakutkan, aku menyakiti perasaan anak kecil. Jika ini sampai terjadi, dia pasti akan memberikan sesuatu yang berlawan dengan yang kuharapkan darinya. Dan yang lebih menakutkan lagi, aku jika menjadi guru disuatu hari ato minimal menasihati anak tersebut untuk tidak melakukan sesuatu yang dilarang Tuhan, dia malah makin giat melakukannya. Demi untuk balas dendam padaku. Naudzubillahi min dzalik. Jika demikian, anak tersebut melakukan yang tidak terpuji karena ingin balas dendam, lalu siapa yang pantas untuk disalahkan?

Ini hanya dukaanku saja kawan. Tapi, ini perlu dipertimbangkan.


>>=== Semoga Anda berkenan ===>>

Muktir Rahman

Muktir Rahman
Muktir adalah nama langka, tidak banyak yang memilikinya, di Negeri ini. Sulit diucapkan, sulit dihafal tapi tidak sulit dikenang.
TA KAN TAH. Powered by Blogger.

My Blog List

Labels