Di sini boleh ngawur, ketawa, misuh, teriak dan sebagainya karena blog ini hanya TA-KAN-TAH. Takantah berarti tidak sungguhan, bisa fiktif belaka, namun blog ini nyata.
  • Maaf dan Terimakasih

    Kata "Maaf" dan "Terimakasih" bukan ungkapan basa-basi. Ia adalah kualitas kemanusiaanmu

  • Gak Usah Ember

    Ada banyak hal yang tidak perlu diumbar ke orang lain, biar kemesraan hanya milik kita. Sekalipun itu telah jadi kenangan.

  • Dua Tangan

    Jika ocehanmu tak bermutu, ngocehlah sama tanganku.

  • Terpisah Rak Buku

    Maka apa yang lebih mesra dari sepasang kekasih yang terpisah rak buku?.

Wednesday, April 29, 2009

Oretan Orang StreSs

berupaya memahami diri sendiri. karena firman Tuhan “man ‘arofa nafsahu, faqod ‘arofa Robbahu”. siapa yang mengenal dirinya sendiri, maka akan mengenal Tuhannya. berbagai jalan dilewati. yang bagiQ bisa sampai untuk memahami diri sendiri. tapi kenyataannya Q sampai dijalan buntu berupa kehampaan. dalam diriQ tidak ada yang dibanggakan. padahal kata guruQ, Allah berfirman “wa fi anfusihim afala tubsirun”. apa Q kurang memahami ayat ini? memang bener qok Q gak pernah mengerti tentang ayat. Q sebenarnya lagi kesal dan menyesal. kanapa Q gak bisa berarti untuk diriQ dan yang lain? maka sekarang keinginanQ adalah berguna, bermanfaat dan berarti bagi diriQ dan yang lain. hanya saja Q terus berkutat dengan keinginan saja tidak ada upaya untuk mengaplikasikannya.


keinginan jadi seorang penulis. tapi kehidupan penuh dengan malas. dengan berbagai alasan, menghindari kegiatan sebagai kendaraan menuju keberhasilan “menjadi penulis”. membaca, sangat jarang. bahkan tidak pernah. menulis, rasanya gak ada waktu. jadinya,,,,, Q makin gak karuan.

hingga sekarang, Q makin hidup dengan angan yang makin hidup pula. tanpa usaha untuk mewujudkan. jika kata seorang teman Q harus mengejar mimpi, itu sudah aku lakukan. Q terlalu sering merangkai mimpi. dan jika mimpiku buyar, aku akan mencoba merangkai lagi ato mengejar kamana dia pergi. ya, tidur adalah alat tranportasi mengejar mimpi yang kadang berlari kencang melebihi waktu. terkadang pula datang tanpa kompromi. hingga Q kan merasa kelelahan lalu istirahat sejenak hingga tidak sembahyang. hal ini lebih sering terjadi menjelang siang kemudian subuhQ tertinggal.

memahami diri sendiri q ibaratkan mencari mati. apa yang bisa dipahami dari diri yang memang kurang berarti? “dalam hidupmu kamu harus jadi yang paling berarti untuk agama, nusa, bangsa, negara dan keluarga” itu kata orang tua suatu hari. tapi kata chairil anwar, sekali berarti sudah itu mati. pengertiannya menurut kawan2Q (tentunya Q yang mengusulkan), kalo kita berbuat sesuatu yang berarti, kita akan mati. dan pengertian ine tetap mengakar di pikiran kami. ditambah, para pelopor kemerdekaan negeri ini setelah berarti, sekarang mereka mati. sudah sangat jarang Q dengar anak SD meng-elu elukan bung karnoe dan sekawanannya.

sudahlah! ternyata yang berarti pasti mati. apalagi yang gak berarti? Q yakin mereka yang gak pernah berarti tidak akan mati. karena mereka memang gak pernah hidup.

kesimpulanku; semua orang yang hidup itu berarti, dan semua yang berarti itu hidup.
>>=== Semoga Anda berkenan ===>>

KEPONAKAN KECIL KU


Yang membuat aku heran, jika kita melihat realitas mayoritas seekor anak, eh maksudnya seorang anak, mereka lebih getol bersama ibunya dari pada yang lain. Ke mana dan di manapun harus ada ibu. Mau makan, tidur, mandi, dan sebagainya. Itu disebabkan semenjak dilahirkan (kata guruku dulu sewaktu MTs), bahkan di awal proses terjadinya sosok manusia, seorang ibulah yang senantiasa menemani. Bahkan kata ibuku dulu, seorang perempuan yang hendak melahirkan sangat tersiksa, tapi mereka merasakan kebahagiaan yang tak terhingga. Sampai sekarang aku masih belum mengerti jelas maksud perkataan ibuku dulu. Apa mungkin perempuan bahagia mengandung karena akan kehadiran teman kecil seperti Fiza? Bisa jadi, seorang anak itukan bisa menemani kesepian ibu di saat sang suami pergi merantau mencari nafkah atau malah sedang ada meeting ke luar Kota. Ya kan? Seperti aku misalnya, yang sering menemani Ibu di rumah. Bahkan dari saking setianya aku menemani Ibu di rumah, aku tak pernah mau keluar ketika disuruh membeli sesuatu ke warung.



KEPONAKAN KECILKU
Oleh: Muktir Rahman Syaf

“Mana hadiahnya Om?” Anak kecil ini selaaalu menggangguku dengan celoteh lugunya. Tapi, aku senang diganggu olehnya.
“Kata Om, Fiza akan dikasih hadiah?” semakin gemas saja aku pada gadis mungil dan lucu yang sedang cemberut di hadapanku ini. Aku baru ingat, aku pernah berjanji akan memberinya hadiah.
“Memangnya, Fiza sudah selesai nulis cerita untuk Om?” Aku berjanji padanya akan memberi hadiah jika dia bisa menuliskan satu cerita untukku. Aku percaya pada gadis kecil yang seperti darah dagingku ini, bisa menulis cerita karena dia sering melakukannya.
Fiza adalah anak kakak saudara perempuanku, Lisa, dengan seorang guru SMP di Rahmatul Hudha, dusun Sasar, desa Kapedi, kampung kelahiranku. Namanya cukup indah dan sulit untuk diingat. Muhammad Shibghatallah Gwirofani al Hidayat itulah nama kakak iparku. Bagaimana, sulitkan untuk dihafal? Tapi untunglah untuk memanggilnya cukup nama belakangnya saja. Dayat. Dan inilah yang membuatku selalu tersenyum geli ketika mengingat nama kakak iparku yang begitu panjang, tapi panggilannya hanya seujung kata.
Aku sangat menghormati mbak Lisa dan kak Dayat, sebab mereka telah kuanggap sebagai kedua orang tuaku. Semenjak ditinggalkan Ibu lima tahun yang lalu ke rahmatillah aku tinggal di rumah mereka. Merekalah yang membiayai kebutuhanku; mulai dari biaya sekolah, pakaian, bahkan untuk makan. Karena keluargaku yang tersisa hanya tinggal mereka. Ayah? Dia sudah lama tiada bahkan di saat aku masih dalam kandungan.
Kembali ke Fiza, dia itu sangat dekat denganku. Maksudnya, ketimbang pada kedua orang tuanya, lebih-lebih orang lain, dia lebih sering denganku. Untuk tidur, makan, minum, mandi dan bermain, dia denganku. Lain jika dia lagi berak, pastinya sendiri. ya-iyalah, mana mungkin aku menemaninya, bau nantinya.
Yang membuat aku heran, jika kita melihat realitas mayoritas seekor anak, eh maksudnya seorang anak, mereka lebih getol bersama ibunya dari pada yang lain. Ke mana dan di manapun harus ada ibu. Mau makan, tidur, mandi, dan sebagainya. Itu disebabkan semenjak dilahirkan (kata guruku dulu sewaktu MTs), bahkan di awal proses terjadinya sosok manusia, seorang ibulah yang senantiasa menemani. Bahkan kata ibuku dulu, seorang perempuan yang hendak melahirkan sangat tersiksa, tapi mereka merasakan kebahagiaan yang tak terhingga. Sampai sekarang aku masih belum mengerti jelas maksud perkataan ibuku dulu. Apa mungkin perempuan bahagia mengandung karena akan kehadiran teman kecil seperti Fiza? Bisa jadi, seorang anak itukan bisa menemani kesepian ibu di saat sang suami pergi merantau mencari nafkah atau malah sedang ada meeting ke luar Kota. Ya kan? Seperti aku misalnya, yang sering menemani Ibu di rumah. Bahkan dari saking setianya aku menemani Ibu di rumah, aku tak pernah mau keluar ketika disuruh membeli sesuatu ke warung.
Kulihat Fiza sedang merogoh sakunya mengeluarkan sesuatu. O, kertas yang dilipat toh.
“Ini Om ceyitanya…” Aku tersenyum melihatnya memberikan kertas lusuh yang katanya berisi cerita khusus untukku. Aku mengernyitkan dahi demi melihat cerita yang ditulis anak yang baru berumur delapan tahun ini. Bukan ceritanya yang membuat aku bingung, tapi tulisannya yang tak berhasil kubaca. Semua tulisannya tersusun dengan rapi. Tapi sayang, hanya garis-garis memanjang seperti ular sedang berjalan. Kucubit pipinya lembut, gemas aku dibuatnya.
“Kata ibu guyu…” Hampir aku berucap sesuatu, dia sudah nyerocos duluan. Memang begitulah Fiza. Jika sudah memulai start untuk bicara, bisa menghabiskan satu kaset merekam pembicaraannya sampai finis.
“Kita, ti…dak bo…le…h” Jika bicara, dia memang sering terbata-bata. Karena itulah saya sarankan jangan pernah merekam apapun yang diucapkan keponakan kecilku itu. Bisa-bisa bosan menunggu kalimat selanjutnya. Lihat saja sekarang, untuk mengucapkan tidak boleh saja, menghabiskan hampir satu menit. Padahal, durasi waktunya hanya menghabiskan beberapa detik saja, tapi Fiza? Ya Allah, aku lupa kalau dia masih anak-anak. Mengapa aku mengomentari cara dia bicara? Seperti orang tidak waras saja.
“…Ingkay janji, sebaaab …” Fiza memang cerewet. Di kelasnya dia dikenal karena kecerewetannya. Selalu tanya ini, tanya itu, sampai-sampai gurunya kebingungan untuk menjawabnya. Sebab yang ditanyakan Fiza, selalu yang aneh-aneh. Misalnya saja, dia menanyakan jam berapa terjadinya kiamat? Jika ditanyakan seperti itu, para Malaikat pun akan kelimpungan. Pernah suatu ketika, kata mbak Lisa, Fiza menanyakan pada ibu Noer, gurunya yang belum menikah, kapan beliau akan menikah? Kontan saja Bu Noer celingukan kebingungan. Mau jawab apa, wong dia katanya tak pernah ada yang melamar, sampai usianya yang ke-35? Untungnya kata mbak Lisa, bel keluar segera berbunyi. Sehingga Bu Noer selamat dari pertanyaan yang hampir membunuhnya karena deras mengalirkan keringat.
Kemaren, aku juga hampir terbunuh oleh pertanyaan anak kecil yang bersetatus keponakanku itu. Waktu itu aku sedang asyik-asyiknya menikmati kopi pagi buatan Ba’ Lisa dan buku antologi cerpen karangan Najib Kartapati yang berjudul Sang Pengabdi di emperan rumah. Dia tiba-tiba datang dan duduk di haribaanku. Kemudian dia menanyakan tentang sorga. Katanya dia mendengar penjelasan Ibu Gurunya di sekolah, bahwa sorga itu indah dan ada di atas. Lantas dia menanyakan dengan khas cara bicaranya, “Kata… Ibu guyu, soyga… a…da di atas. Jadi… soy…ga itu di…gantyung ya Om? Me…mangnya… di soyga ada po…hon yang sa…ngat besay ya Om?” Aku bingung dibuatnya. Harus jawab apa, untuk anak sekecil Fiza? Tidak mungkin aku menjawab seperti menjawab pertanyaan teman-teman siswa se SMA di al-Hikmah, yang secara mudah bisa memahami argumen-argumen yang ilmiah. Akan tetapi sekarang yang kuhadapi bukan mahasiswa atau siswa SMA. Sekarang yang mengajukan pertanyaan adalah anak kecil yang bernama Fiza, siswi TK Miftahul Ulum.
Di saat seperti itu, aku merasakan suatu penyesalan yang sangat besar. Aku menyesal telah menganggap remeh anak kecil dan orang yang tidak berpendidikan. Aku selalu yakin dengan pengalaman pendidikanku, aku pasti bisa dengan mudah mengatasi persoalan mereka. Karena aku juga yakin, pasti yang menjadi persoalan mereka sangat remeh, mereka kan tidak berpendidikan? Begitulah anggapanku selama ini.
Di waktu itu, aku harus memeras otak habis-habisan untuk mencari jawaban yang mudah dicerna oleh Fiza dan tidak membuatnya kecewa dengan jawabanku. Tentunya yang sesuai kapasitas daya pikirnya yang penuh dengan imajinasi. Jadi untuk membuatnya mengerti, aku harus mengarahkan kreasi imajinasinya untuk menemukan jawaban atas apa yang telah ditanyakannya. Dan bagiku, hal itu sangat sulit. Tapi, alhamdulillah pada waktu itu aku juga terselamatkan seperti kisah ibu Noer tanpa harus menjawab pertanyaan Fiza—yang terlampau aneh menurutku. Pada waktu itu, kebetulan Fiza dipanggil ibunya untuk ikut berkunjung ke rumah nenek yang dari ayahnya, dan itu membuatku lega.
“Kata Ibu Noey…” Dia selalu mengucapkan lafad “r” dengan lafad “y” sehingga ketika mengucapkan kata-kata yang berbau “r”, akan kikuk kedengarannya. Contohnya kata Noer menjadi kata Noey. “Inikan merusak imeg?” Komentar Noer Indah Sari, nama lengkap ibu Noer, ketika dipanggil namanya keras-keras oleh ponakanku sewaktu kami sekeluarga jalan-jalan dan kebetulan bertemu beliau. Bu Noer sangat marah karena namanya mengalami penyimpangan lafad ketika dipanggil Ibu Noey Indah Sayi oleh Fiza waktu itu.
“Oyang ya..ng seying ingkay …janji…” bukannya tidak pernah dilatih untuk mengucapkan “r” dengan benar tapi apa boleh buat, memang sudah dari sononya dia belum bisa mengucapkan lafad “r” secara fasih.
Di sekolahnya, walaupun dia tidak sefasih teman-temannya ketika berbicara, dia tergolong anak yang cerdas dan pintar. Buktinya dia rangking kelas dan sering di utus mengikuti berbagai even lomba baik lokal maupun nasional. Nyatanya, terbukti dia lebih sering tidak mengecewakan. Karena itulah Fiza sangat disayang guru dan teman-temannya sekaligus ditakuti pertanyaannya.
Aku sangat terkejut dan baru menyadari sesuatu yang tak pernah luput dari kehidupanku sehari-hari, dan itu dikarenakan perkataan Fiza yang terbata-bata, namun mengingatkanku bahwa orang yang ingkar janji,
“…akan masuk neyaka.”

Untuk keponakanku Vina Muhabbatullah yang menjadi sumber inspirasiku
Sasar, 12 Desember 07


>>=== Semoga Anda berkenan ===>>

SAJAK-SAJAK MUKTIR RAHMAN SYAF


Mari kita kembali memeriahkan
gemerisik tangis
membangkitkan luka-luka baru
untuk kemakmuran negeri syahdu
tapi ingat! Negeri itu sedang kelaparan
yang tidak kenyang sebelum melahap jeritan
tidak puas jika alpa melakukan penyiksaan
sekarang negeri itu meraung berseru
memaksa diberikan sesuatu
padahal dia juga tau;
kita sedang layu
namun apa yang bisa kita perbuat
selain menuruti kebejatan nafsu?
dan apapula yang harus kita serahkan
jika bukan penderitaan ?
karna itu,
mari kita bersama mempersembahkan;
pesta kematian.

17 Desember 2007


NEGERI KELAPARAN

Mari kita kembali memeriahkan
gemerisik tangis
membangkitkan luka-luka baru
untuk kemakmuran negeri syahdu
tapi ingat! Negeri itu sedang kelaparan
yang tidak kenyang sebelum melahap jeritan
tidak puas jika alpa melakukan penyiksaan
sekarang negeri itu meraung berseru
memaksa diberikan sesuatu
padahal dia juga tau;
kita sedang layu
namun apa yang bisa kita perbuat
selain menuruti kebejatan nafsu?
dan apapula yang harus kita serahkan
jika bukan penderitaan ?
karna itu,
mari kita bersama mempersembahkan;
pesta kematian.

17 Desember 2007

MALAIKAT DARI KEMATIAAN

Bias itu telah berevolusi lingkaran
berwarna keharusan meronta pada tempat tinggal kita
di dalamnya terdengar jeritan
membentur dinding-dinding kelam
di sana layar kehidupan menancap
tergambar orang-orang bergelepar di bawah kuasa siksa
yang tak jelas karna apa dan siapa mereka menderita
dari balik celah keemasan
kulihat di sana ada jeruji sunyi
lebih dalam kutatap
terdapat malaikat dari kematian
sedang meneriakkan kalimat
“kami kelaparan”

AIRMATA I

wahai cinta
yang pernah aku lantunkan di tengah derap nafas luka
yang harus tertatih menyampaikan padanya
karna keganasan dunia menyebar derita
dengarkan
sekarang aku bersumpah
tidak ada nama di setiap langkah menjelajah kesunyian
sekarang
cukup hanya satu hasrat membuta
tak ada kata dalam percumbuan mata
hingga akhirnya,
sejarah ditutup dengan airmata

AIRMATA II

Diantara gemerisik air berirama
mendendangkan lagu menyedihkan
hanya diam membeku dalam bisu
mengurung semangat menggebu
namun, gelisah yang terkungkung lesu
memaksa dada memuncahkan kata-kata rindu
Dan,
darah pun mendidih terbakar
melepuh segala kulit kehidupan
hingga mengelupas jiwa menerjang kehampaan
kemudian mengalirlah airmata di setiap luka

kamis, Desember 2007

DUNIAKU SUNYI

Tak ada kata yang bisa kutancapkan
pada tebing jiwa. karna beku
menjerat kerongkongan syair
yang seharusnya mengalir sederas rindu
mengguyuri ladang hati
di sela puisiku tumbuh ilalang sunyi
tidaklah dawaian pena
mengukir salam di pucuk angin
untuk kusampaikan dengan mesra
pada reranting khayal di ujung karya
tidak pula belaian huruf
di setiap tatapan liar menantang
hingga aku terpandang walau nanar
namun,
langkah diamku adalah sepi

perpus,12 Januari 2008

BUMI BERDARAH

Di sepanjang ulur waktu
berceceran asa merengkuh nurani
mengasah luka belati ridu
pada kesenderhanaan;
tergenang ceria tanpa moderat pembaharuan
dan amoralpun semakin tajam
menghujam, yang akhirnya
sejarah terbunuh peradaban sakti
menuang ideologi keruh industri
lantas langit tercakar kebisingan
merobek ozon dengan akar serakah
dan, bumi berdarah !

11 Januari 08

>>=== Semoga Anda berkenan ===>>

Oretan Orang StreS


assalamualikum kawan.........Q lama ya, Gk ngunjungi km???

O yA, ada sesuatu neh
kamu tau ga' kenapa pemikir yunani terkemuka yang bernama ren dascartes berkata dalam bahasa yunani bahwa cogito ergo sum? aku berpikir maka aku ada
tentunya karena dengan berpikir kita memang benar-benar ada. coba saja kita tidak berpikir maka yang terjadi ke-adaan kita tak pernah diperhitungkan (lebih jelasnya oleh kita sendiri). aku beru menyadari dalm al-Quran kitab suci agama yang kita anut sangat memprioritaskan berpikir. hal itu terbukti dari beberapa ayat yang menyerukan kita untuk berfikir yang mayoritas dari ayat2 tersebut mempertanyakan eksistesi kemakhlukan kita apakah benar2 berfikir. duh maaf kalo bingung............. saya harap kamunya tidak............... aku lagi bingung neh.

o,, ya lagi. sebenarnya kalo boleh tau pendapat kamu tentang hal yang demikian saya sangat mengharap.
>>=== Semoga Anda berkenan ===>>

Muktir Rahman

Muktir Rahman
Muktir adalah nama langka, tidak banyak yang memilikinya, di Negeri ini. Sulit diucapkan, sulit dihafal tapi tidak sulit dikenang.
TA KAN TAH. Powered by Blogger.

My Blog List

Labels