Di sini boleh ngawur, ketawa, misuh, teriak dan sebagainya karena blog ini hanya TA-KAN-TAH. Takantah berarti tidak sungguhan, bisa fiktif belaka, namun blog ini nyata.

Friday, May 8, 2009

DENGAN TINTA MERAH


Ini hanya sebuah cerita dari inspirasi yang hampir punah. imaginasi, membawaku bercerita tentang sesuatu yang sangat bertentangan dalam hidupku. ceritaku ini adlah kisah keegoisan imaginasi yang terus memuncak dalam pikiranku

04 Mei 2009

Aku adalah mahasiswa jurusan teknisi komputer di suatu universitas di surabaya. Di sini aku pendatang. Asli madura. Anak dari keluarga petani.
Sekarang aku bingung. Hampir stress. Hidup di kota tanpa punya penghasilan. Makan, bayar kosan dan kebutuhan yang lain masih bergantung kepada keluarga. Karena tujuanku ke surabaya bukan cari uang tapi belajar. Dan hal itu sudah dibicarakan dengan keluarga. Bahwa aku harus konsent ke pelajaran jangan memikirkan yang lain.
Bulan-bulan pertama masuk, kegiatanku lancar. Tetapi bulan-bulan berikutnya ada gangguan. Dan hal itu memuncak di gerbang bulan Mei. Awalnya dua bulan sebelumnya aku hampir dikeluarkan dari kosan karena telat bayar. Innalillah dengan mengorbankan HP, aku selamat. Ibu kost menerimaku kembali. Kiriman dari orang rumah tak kunjung datang. Karena itu aku korbankan benda yang sangat aku butuhkan. Setelah itu, pikiranku mulai kacau. Bayaran kampus belum lunas, mau menghadapi ujian, tidak punya uang untuk sekedar makan dan kuliyahku pun mulai tak karuan.
Seminggu yang telah tanggal aku telepon orang rumah. Cuma ngasih kabar bahwa aku tidak kerja. Aku tidak punya uang. Aku minta keikhlasan uang seratus ribu untuk bayar kosan bulan April. Karena tampa uang itu aku gulung tikar dari kosan. Dan aku kabarkan pula dua bulan tanpa uang untuk sekedar makan. Jawabnya, aku segera akan dikirimi. Namun sampai sekarang aku menunggu hampa di gelisah tak bernyawa.
Tadi pagi, saat matahari belum terang aku telpon kembali. Bukan untuk minta uang. Hanya untuk kabarkan pikiranku lagi nanar. Perasaanku sebendung awan akan melahirkan hujan. Tiba-tiba kata ayah, nanti sore aku dikirimi uang. Namun aku bilang tidak usah. Walau sebenarnya aku sangat membutuhkan uang itu. Bukan karena apa. Karena aku kesal, kecewa dan marah entah pada siapa. Pada mereka yang kurang perhatikan aku, atau pada diriku yang telah memilih melanjutkan kuliyah di kota ini? Sehingga aku harus menghadapi semua kisah duri ini.
Entah siapa yang goblok atau tidak berperasaan. Aku atau mereka? Karena ternyata aku sungguh tidak dikirim. Padahal aku mencari pernyataan. Sebesar apa perhatian mereka kepadaku. Akhir-akhir ini pun aku menyangka, aku hanya pelengkap keluarga. Aku sebenarnya tidak dibutuhkan. Ya, karena terlanjur lahir, mungkin terpaksa dipelihara.
Aku sebenarnya hanya butuh perhatian mereka. Bukan letak permasalahannya dikirim uang atau tidak. Tapi perhatian. Jika mereka perhatian, setidaknya setiap bulan kabarin aku. Jika tidak punya sesuatu untukku seharusnya mereka bilang tidak ada yang bisa dikirimkan. Inikan lebih bisa diterima perasaan. Nyatanya, jika aku tidak menanyakan tidak akan ada kabar. Mereka akan mendiamkan aku. Setengah bulan,satu bulan bahkan mungkin seumur hidup. Selalu ada alasan bagi mereka. Terlalu sibuk, banyak yang harus dipikirkan, dan semacamnya. Lalu, apa aku tidak termasuk yang harus dipikirkan?
Aku hanya menginginkan keluargaku menanyakan keadaanku. Apa aku bisa tenang belajar atau tidak. Kalau tidak kenapa? Wah, mungkin ini hanya mimpi tak berkesudahan. Karena tidak akan terjadi. Mereka terlalu sibuk atau karena aku kekanak-kanakan? Pasti mereka akan bilang “Kamu laki-laki bersikaplah dewasa”.
Biar kata siapapun aku kekanak-kanakan, laki-laki cengeng aku tetap akan seperti itu. Hingga apa yang kuharapkan aku dapatkan.Apalagi bersikap cengeng, gila sekalipun tak apa. Dari dulu perhatian yang selalu kuharapkan. Belum yang lain.

05 Mei 2009

Tidak tahu apa yang harus kulakukan. Telentang di kamar memandangi langit-langit yang seakan menangiskan hujan. Yang atapnya reyot tak terawat. Ya, pantaslah sesuai harganya. Kosan paling murah di Surabaya. Tanpa kasur, tempat lumayan apek, dinding tampa baju dan terlalu banyak ventilasi. Mau gimana lagi inilah kemampuan keluargaku atau kemampuanku.
Pikiranku makin redup. Kudapati pena tergeletak sedih di di sampingku. Dengan perasaan nanar, kuraih pena itu lalu kuambil juga selembar kertas di lemari. Pikiran semakin kacau. Semua terbayang dalam angan. Tampa harus berpikir panjang, kucorat-coret kertas fulio putih di tanganku. Secepat waktu beranjak, kutuang segala perasaan. Bening mata bergulir menorehkan merah pada kelopaknya. Jerit hati, serabut pikiran dan semua dalam diriku menancap tinta di lembar putih. Meraungkan perih tak mampu dirasa.
Sebelum kumasukkan ke amplop untuk ku kirimkan kepada keluarga, kupandangi kembali tulisan dengan font besar itu “AKU SUDAH TIDAK PUNYA TUJUAN”. Setelah kupertebal dengan tinta merah, kumasukkan ke amplop lalu kukirimkan ke orang tuaku. Namun batinku masih mempertanyakan bisakah mereka memahami perasaan yang lebur dalam surat itu? Sudahlah dimengerti ataupun tidak, surat ini tetap akan berangkat. Mungkin ini pesan terakhir untuk kusapakan kepada mereka. Dan selanjutnya aku akan mengembara bersama waktu ke semua tempat persinggahan debu, air dan angin. Tampa perasaan harus kembali ke rumah keluargaku.

Surabaya, 05 Mei 2009
>>=== Semoga Anda berkenan ===>>

0 comments:

Post a Comment

Terimakasih telah meninggalkan jejak

Muktir Rahman

Muktir Rahman
Muktir adalah nama langka, tidak banyak yang memilikinya, di Negeri ini. Sulit diucapkan, sulit dihafal tapi tidak sulit dikenang.
TA KAN TAH. Powered by Blogger.

My Blog List

Labels