Di sini boleh ngawur, ketawa, misuh, teriak dan sebagainya karena blog ini hanya TA-KAN-TAH. Takantah berarti tidak sungguhan, bisa fiktif belaka, namun blog ini nyata.

Thursday, December 6, 2012

TOLERASNSI BERAGAMA ALA PRAMUKA (Upaya Meminimalisasi Konflik)

Muktirrahman* 

         

Konflik di Indonesia seakan tak mengenal batas, selalu saja ada peluang untuk itu. Hampir setiap hari media massa mengekspos pertikaian di negeri tercinta, termasuk Madura. Kejadian yang paling miris adalah konflik yang terjadi di Poso, Sampang, dan lainnya.
Ironisnya, itu disebabkan perbedaan keyakinan dalam menjalankan ibadah kepada Tuhan. Meskipun Indonesia merupakan negara pancasila dan menjunjung tinggi ‘Binneka Tunggal Ika’, berbeda-beda namun tetap satu. Namun konflik itu seakan tidak bisa terbendung.
            Semestinya, negeri ini yang kaya akan keanika-ragaman budaya, menjadi negeri yang indah dengan tanpa adanya perpecahan, meski ada perbedaan. Sebab terbentuknya NKRI salah satunya adalah untuk menyatukan keaneka-ragaman tersebut yang tersebar di seluruh Nusantara. Mulai dari Sabang sampai Merauke, demi mencapai kemakmuran.
Karena itulah, di Indonesia tidak hanya ada satu agama, melainkan lebih. Termasuk diantaranya Islam, Kristen, Budha, Hindu, Katolik dan yang lainnya. Lalu, kenapa di negeri tercinta ini masih terjadi ‘bencana’ pertikaian karena adanya perbedaan? Nah, inilah yang perlu kita cari jawabannya dan sekaligus penyelesaiannya bersama.
            Salah satu akar permasalahan yang penulis tangkap adalah karena kurangnya sikap ‘toleransi’ di negeri ini. Khususnya toleransi beragama. Karena itulah pertikaian antar umat beragama sering tak terelakkan. Meski hemat penulis hal itu bisa saja dihindari dengan menanamkan sikap toleransi pada masyarakat.
Toleransi beragama di sini sama sekali berbeda dengan pengertian ‘pluralisme agama’ yang sering kali ‘disalahartikan’ oleh sebagian kalangan. Toleransi bermakna menghargai, dan toleransi beragama berarti menghargai keyakinan orang lain untuk menganut agama apapun sekalipun berbeda. Sedangkan pluralisme agama kerap diartikan menyamakan kebenaran semua agama. Mengenai paham seperti ini, agama manapun tidak akan setuju. Karena barang pasti mereka tidak ingin agama yang mereka yakini disamakan dengan agama lain.
Toleransi beragama intinya adalah saling menghargai bukan menyamakan. Maka tidak ada tendensi menyamaratakan kebenaran agama. Melainkan sikap untuk tidak mengganggu atau mengusik keberagamaan yang lain.
Agamamu adalah agamamu dan agamaku adalah agamaku, jangan ganggu agamaku maka aku tidak akan mengusik agamamu. Kurang lebih seperti itulah toleransi beragama yang penulis pahami.
Lalu kemudian pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana cara menanamkan sikap toleransi tersebut pada masyarakat?    Jawaban dari penulis adalah dengan mendukung sepenuhnya sekaligus menggalakkan kegiatan ‘Pramuka’. Ya, Pramuka atau Praja Muda Karana bisa dijadikan ajang untuk menumbuhkan sikap toleransi. Khususnya toleransi beragama yang buram di negeri ini. Misalnya saja, mewajibkan semua pelajar dari semua tingkatan aktif dalam kegiatan kepramukaan. Karena dalam kegiatan tersebut diajarkan pengamalan asas-asas Pancasila dan Dasa Dharma Pramuka, yang di dalamnya juga terdapat ajaran untuk tidak saling bermusuhan dengan siapapun dan apapun.
Dengan kepramukaan, yang oleh sebagian orang awam Pramuka’ dianggap hanya sebagai kegiatan hura-hura ini (padahal ditak), toleransi bisa terbangun. Karena di Pramuka diajarkan bagaimana pentingnya menghargai perbedaan dan juga menghargai lingkungan. Bukankah sudah sangat jarang ditemukan orang yang mau menghargai lingkungan? Apalagi saling menghargai perbedaan di negeri ini?
Dengan demikian, penulis merasa penting untuk menyampaikan betapa konflik di negeri ini yang timbul diakibatkan kurangnya menghargai perbedaan, bisa diminimalisasi dengan menggalakkan penanaman sikap toleransi. Terlebih, toleransi beragama. Karena pada lini inilah konflik sering terjadi. Dan salah satu caranya adalah dengan menggalakkan kegiatan kepramukaan yang sangat jelas telah mengajarkan pentingnya mencintai Tanah Air, sesama dan alam sekitar. Jadi, bersikap toleran dalam beragama ala pramuka, siapa takut? Wallahu a’lam.
>>=== Semoga Anda berkenan ===>>

0 comments:

Post a Comment

Terimakasih telah meninggalkan jejak

Muktir Rahman

Muktir Rahman
Muktir adalah nama langka, tidak banyak yang memilikinya, di Negeri ini. Sulit diucapkan, sulit dihafal tapi tidak sulit dikenang.
TA KAN TAH. Powered by Blogger.

My Blog List

Labels