Muktir Rahman Syaf
Tentang bagaimana seorang mahasiswa dinilai cerdas di masa mengenyam pendidikan, orang boleh saja berbeda pendapat. Ungkapan umum selama ini adalah bahwa mahasiswa tanpak cerdas ketika indeks prestasinya banyak. Saya sendiri tak suka uangkapan itu, karena saya merasa seorang mahasiswa, khususnya yang masih aktif di kampus, tampak cerdas ketika ia memiliki..............blog!
Tentu ada sebabnya. Sebab itu adalah karena saya punya pengalaman cukup intens ketika menikmati kreativitas para mahasiswa di blog-nya. Namanya Mashitah Mirza, yang blognya selalu saya tongkrongin setiap kali online. Dia berstatus mahasiswi di salah satu universitas terkemuka di Djogja. Kreativitasnya di blog pribadinya, sungguh sangat saya kagumi. Artikel-artikelnya semakin menggambarkan bahwa dia adalah mahasiswi cerdas. Setiap bahasan yang diposting ditulis dengan rapi, alurnya runut dan bahasanya lugas. Perfect, begitulah ungkapan yang pantas untuk artikel-artikelnya di blog.
Banyak hal yang Mashitah tulis, mulai dari kejadian-kejadian lucu, menyebalkan, menyenangkan, puisi, cerpen, tugas kuliyah, opini dan hal-hal lain. Saya setuju jika dia memposting semua tulisannya tentang apapun, karena seyogyanya blog memang adalah day note (catatan harian) atau istilah lainya diary.
Alasan lainnya, kenapa saya mengatakan mahasiswa tampak cerdas ketika memiliki blog, sungguh betapa jarangnya mahasiswa di indonesia yang mengerti tatacara memiliki blog pribadi. Malah yang banyak dari sekian juta mahasiswa indonesia, hampir 80% tidak paham memposting artikel ke blog dan bahkan tidak tahu cara membuatnya. Hal ini pun semakin diperparah dengan maraknya mengcopy paste artikel punya orang lain dari internet untuk memenuhi tugas mata kuliyah dari dosen. Padahal, harus diakui, mengcopy paste karya orang lain itu pekerjaan “terhina” dalam dunia pendidikan mahasiswa. Jadi, memiliki blog pribadi yang ternyata masih sangat langka di kalangan mahasiswa, cukup untuk menyebutnya cerdas.
Jadi, begitulah saya berkesimpulan bahwa seorang mahasiswa akan tampak cerdas kala dia sudah memiliki blog pribadi. Tak bisa tidak mesti begitu, karena saya pun banyak kenal dengan mahasiswa yang “pintar”. Misalnya Indeks Prestasinya paling tinggi, makalahnya dipuji dosen karena bagus, selalu dipuji dosen karena aktif di kelas. Dalam prestasi yang seperti itu, sungguh sikap saya biasa-biasa saja. Pernah juga saya berbincang dengan mahasiswa yang setiap harinya menjadi pembicaraan karena setiap ujiannya nilainya selalu bagus. Namun hal itu tak membuat tubuh saya bergeming, kerena bisa saja makalahnya hasil dari copy paste dan setiap ujian hasil contek, maka apa yang bisa dibanggakan dari mahasiswa yang demikian?, sekalipun dia diwisuda dengan nilai comeloud.
Dengan memiliki blog pribadi banyak hal bisa dilakukan dan menambah kreativitas, misal memahami seluk beluk dunia internet, adu pintar mendesaind dan layout blog sehingga tampak indah dan mampu mengundang banyak pengunjung, punya kegiatan menulis untuk mengasah kemampuan menulis mahasiswa yang merupakan suatu hal wajib dimiliki mahasiswa, dan hal yang lainnya.
Ya, ini memang selera pribadi. Karena itu saya tak berselera besar untuk memperdebatkannya. Namanya saja “selera”, sangat mempribadi, subjektif. Kerena itu pula, saya tak begitu bernafsu mencampuradukannya dalam hal penentuan perlu tidaknya mahasiswa punya blog pribadi. Namun pertanyaan yang saya ajukan, di dunia global yang serba canggih dan penuh tegnologi ini, masihkah seorang mahasiswa yang selalu berbenturan dengan dunia pendidikan tidak bisa untuk sekedar paham, jika tidak bisa memiliki, sebuah blog saja? Jika di negara luar sana anak seusia SD saja sangat paham dunia internet apalagi hanya blog, masihkah mahasiswa indonesia tetap diam?
Penulis adalah mahasiswa INSTIKA merupakan penggiat stress-Mu yang suka otak atik blog.
>>=== Semoga Anda berkenan ===>>
mantap
ReplyDeletelanjut berkreasi
Oke, Bang. Terimakasih untuk semangatnya.
ReplyDelete