Di sini boleh ngawur, ketawa, misuh, teriak dan sebagainya karena blog ini hanya TA-KAN-TAH. Takantah berarti tidak sungguhan, bisa fiktif belaka, namun blog ini nyata.

Saturday, July 2, 2016

Mudik Bersama Umarul Faruq

Dia sahabatku. Memiliki minat hampir serupa pada komputer, software, komik, anima dan game. Selain itu, sepertinya kami tidak memiliki kemiripan.
Kami satu kelas di S1 dan lulus bersamaan. Selesai kuliah S1 dia merantau ke Bekasi sedang aku ke Malang. Kami sama-sama melanjutkan kuliah di jurusan yang sama. Meski jasad kami terpisah jarak ratusan kilo meter, tapi hati tetap dekat. Komunikasi selalu terjalin, dan hal yang menjaga komunikasi itu tentu saja komik, komputer dan kuliah. Tentang pacar? Sepertinya tidak pernah. Entahlah, aku lupa nanti kutanya Umarul Faruq apa pernah bahas pacar.
Kemarin sebelum berangkat mudik dari Bekasi, dia WA aku. Lantas aku minta dia untuk mampir ke tempatku dan mudik bareng naik motor.
Inilah mudik pertamaku bersama Faruq. Petualangan pun dimulai.
Motor smash 110cc berplat N telah kupersiapkan sebagai armada mudik kami. Barang bawaan; dua tas ransel ukuran sedang isi penuh, banner ukuran 12 x 9 meter pesanan Bapak untuk dibuat ngejemur jagung, dan CPU. Banner dan satu tas taruh depan, CPU di tengah dan satu tas lagi digendong Faruq. Kemudi aku yang pegang. Sudah siap, kami gooo.
Perjalanan sempat terhenti di Lawang karena hujan deras. Sedangkan kami tidak bawa jas hujan untuk melanjutkan perjalanan. Bukan perkara kami takut mencair karena terguyur hujan, tapi tas ransel milik Faruq tidak dilengkapi parasut anti air padahal di dalamnya ada laptop dan baju. Setelah melalui pertimbangan nekat, bahwa hujan hanya turun di daerah Lawang sedang kota berikutnya tidak, kami berasumsi jikapun baju basah nanti pasti kering di perjalanan. Kami pun lanjut, dan ternyata betul sesampainya di Pandaan terik matahari siang menghangatkan kami.
Namun sayang, cuaca cerah tidak berlaku di Surabaya. Tepatnya di daerah Kapasan sebelum Suramadu, yang terdapat rambu lalu lintas lampu merahnya 198 detik dan hijau 45 detik, rintik hujan mulai terasa. Hujan makin lebat saat memasuki jembatan Suramadu dan puncaknya di tengah jembatan hujan sangat deras disertai angin kencang. Kecepatan laju motor tetap kupertahankan di kisaran 80-100 km/jam meski jalan tidak begitu jelas dalam pandangan.
Tubuh kami basah kuyup. Tanganku mulai keriput. Faruq mengeluh pegal. Di musolla pinggir Tol Suramadu sisi Madura kami berteduh, sekalian salat jamak dzuhur dan asar. Kami salat dalam keadaan kuyup. Selesai salat, hujan belum reda namun kami lanjutkan perjalanan dan mampir di warung makan Gresik-Madura, di Tangkel Bangkalan. Di sanalah, dalam keadaan baju basah, kami berbuka puasa. Sekalian menjamak salat maghrib dan isak di musolla aset warung makan itu.

Petualangan berlanjut. Kami menerobos hujan dalam perjalanan Bangkalan-Sumenep di saat malam mulai menjelma. Sempat mampir sebentar untuk istirahat di pom bensin kota Sampang, kemudian lanjut jalan sampai Sumenep. Total 4 kali kami istirahat, sesuatu yang sebelumnya tidak kulakukan. Kami berangakat jam 14.00 dan sampainya di rumahku sekitar jam 21.27. Jadi perjalanan 240 KM yang biasanya bisa kutempuh dalam 6 jam, kali ini harus 8 jam. Aku dan Faruq langsung tepar di kamar. Tidak ada penyambutan kedatangan kami, sebab di rumah sedang kosong, entah orang orang pada ke mana.
Begitulah akhirnya, aku dan Faruq tertidur dalam keadaan menggigil. Demi kenyamanan bersama kami tidur di kamar berbeda, tersebab kami sama sama jomblo.

(bisa baca di postingan fb-ku)
>>=== Semoga Anda berkenan ===>>

0 comments:

Post a Comment

Terimakasih telah meninggalkan jejak

Muktir Rahman

Muktir Rahman
Muktir adalah nama langka, tidak banyak yang memilikinya, di Negeri ini. Sulit diucapkan, sulit dihafal tapi tidak sulit dikenang.
TA KAN TAH. Powered by Blogger.

My Blog List

Labels